• KEISLAMAN

Jalan Menanjak dan Menurun? Ini Dzikir yang Diajarkan Rasulullah

Yahya Sukamdani | Sabtu, 05/07/2025
Jalan Menanjak dan Menurun? Ini Dzikir yang Diajarkan Rasulullah Ilustrasi jalan menanjak dan menurun (Foto: AI)

Terasmuslim.com - Saat melakukan perjalanan, terutama di daerah pegunungan atau perbukitan, umat Islam diajarkan untuk tetap menghadirkan Allah dalam hati dan lisan. Bahkan saat melewati jalan menanjak atau menurun, Rasulullah ﷺ memberikan tuntunan berupa bacaan dzikir tertentu yang tak hanya bernilai ibadah, tetapi juga membawa ketenangan jiwa.

Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Jabir bin Abdillah RA, disebutkan bahwa para sahabat terbiasa berdzikir sesuai dengan kondisi medan perjalanan mereka. Ketika melewati jalan yang menanjak, mereka mengumandangkan takbir. Sebaliknya, saat jalan menurun, mereka melantunkan tasbih. Ini menunjukkan bahwa Islam sangat memperhatikan detail kehidupan sehari-hari, termasuk adab dan doa saat dalam perjalanan.

Bacaan saat menanjak adalah "Allahu Akbar" yang artinya "Allah Maha Besar." Lafal takbir ini menjadi simbol pengagungan terhadap kebesaran Allah, terutama saat menghadapi medan yang lebih berat atau menantang. Dengan menyebut nama Allah, seorang Muslim diajarkan untuk tidak mengandalkan kekuatannya sendiri, melainkan bergantung kepada kekuatan dari Allah ﷻ.

Sementara itu, saat melintasi jalan menurun atau tempat yang lebih rendah, Rasulullah ﷺ menganjurkan untuk membaca "Subhanallah" yang berarti "Maha Suci Allah." Bacaan ini menjadi pengingat bahwa ketika berada dalam kondisi lebih mudah atau menurun, manusia perlu kembali merendah dan tidak lupa diri. Tasbih ini menjadi bentuk kesadaran bahwa semua kemudahan adalah dari Allah semata.

Kebiasaan berdzikir ini tidak hanya berlaku di zaman Nabi, tetapi juga bisa terus diamalkan oleh umat Islam masa kini. Dalam perjalanan sehari-hari, baik ketika naik kendaraan ke daerah berbukit atau bahkan saat hiking dan mendaki gunung, mengingat Allah melalui dzikir dapat menjadi penyejuk hati dan sekaligus pelindung jiwa.

Selain sebagai bentuk ketaatan dan pengingat spiritual, dzikir ini juga menjadi sarana menjaga ketenangan selama perjalanan. Menghadirkan nama Allah di setiap perubahan medan merupakan bentuk tawakal dan rasa syukur yang dalam, sebagaimana dicontohkan oleh Nabi Muhammad ﷺ dan para sahabatnya.

Dalam Islam, setiap momen bisa menjadi ladang ibadah, termasuk dalam aktivitas fisik seperti berjalan, mendaki, atau menurun. Dengan menjadikan dzikir sebagai bagian dari perjalanan, seorang Muslim dapat meraih pahala sekaligus menjaga dirinya dari rasa sombong dan lupa diri.