• KEISLAMAN

Menguak Sejarah, Mengapa Bulan Muharram Jadi Awal Tahun Kalender Islam?

Vaza Diva Fadhillah Akbar | Sabtu, 05/07/2025
Menguak Sejarah, Mengapa Bulan Muharram Jadi Awal Tahun Kalender Islam? Ilustrasi - ini sejarah bulan Muharram yang dijadikan tanda awal tahun baru Islam (Foto: Ist)

Jakarta Terasmuslim.com - Setiap kali Muharram tiba, umat Muslim di seluruh dunia merayakan pergantian tahun baru Hijriah.

Namun, pernahkah terbersit pertanyaan, mengapa justru Muharram, dan bukan bulan kelahiran Nabi Muhammad SAW atau turunnya wahyu pertama, yang dipilih sebagai penanda awal tahun dalam kalender Islam?

Jawabannya terletak pada keputusan historis yang diambil oleh para sahabat Nabi, dipimpin oleh Khalifah Umar bin Khattab RA.

Penetapan Muharram sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah tidak terjadi begitu saja. Sejak masa Nabi Muhammad SAW, umat Islam menggunakan penanggalan yang mengacu pada peristiwa-peristiwa penting atau tahun gajah, tanpa sistem kalender yang terstruktur.

Seiring berkembangnya peradaban Islam dan meluasnya wilayah kekuasaan, kebutuhan akan sistem penanggalan yang seragam dan baku menjadi sangat mendesak.

Hal ini terutama diperlukan untuk keperluan administrasi negara, seperti pembayaran gaji tentara, penentuan waktu panen, hingga perjanjian.

Kebutuhan ini mencapai puncaknya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, sekitar tahun 17 Hijriah. Beliau menerima keluhan mengenai dokumen yang tidak memiliki tanggal pasti, menyebabkan kebingungan administratif. Atas dasar ini, Khalifah Umar mengumpulkan para sahabat terkemuka untuk bermusyawarah dan menentukan awal penanggalan Islam.

Dalam musyawarah tersebut, beberapa usulan diajukan. Ada yang mengusulkan peristiwa kelahiran Nabi Muhammad SAW, ada pula yang mengusulkan turunnya wahyu pertama.

Akan tetapi, Ali bin Abi Thalib RA mengusulkan agar awal penanggalan Islam dimulai dari peristiwa Hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekkah ke Madinah. Usulan ini diterima dan disepakati oleh mayoritas sahabat.

Alasan pemilihan peristiwa Hijrah sangat kuat. Hijrah bukan sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah tonggak sejarah yang sangat fundamental. Peristiwa ini menandai dimulainya babak baru bagi dakwah Islam, pembentukan negara Madinah dan titik balik kemenangan Islam. Hijrah menjadi simbol perpindahan dari masa kegelapan menuju cahaya, dari penindasan menuju kebebasan, dan dari kelemahan menuju kekuatan.

Setelah disepakati peristiwa Hijrah sebagai patokan awal, muncul lagi pertanyaan: bulan apa yang harus dijadikan awal tahun? Kembali, beberapa opsi muncul.

Ada yang mengusulkan bulan Rabiul Awal (bulan Hijrah), namun Utsman bin Affan RA mengusulkan bulan Muharram. Alasannya, meskipun hijrah terjadi di bulan Rabiul Awal, persiapan hijrah dan baiat Aqabah yang merupakan cikal bakal hijrah justru terjadi setelah selesainya musim haji di bulan Dzulhijjah.

Muharram adalah bulan pertama setelah musim haji, sebuah periode di mana para jamaah haji kembali ke daerah masing-masing dan kabar mengenai Islam serta peristiwa penting lainnya dapat tersebar luas.

Muharram juga merupakan salah satu dari empat bulan haram (mulia) dalam Islam, di mana peperangan dilarang. Ini menambah nilai kesakralan dan kedamaian pada permulaan tahun.

Dengan demikian, keputusan untuk menetapkan Muharram sebagai awal tahun, dengan tahun pertama dihitung sejak peristiwa Hijrah, menjadi konsensus para sahabat. Sistem penanggalan ini kemudian dikenal sebagai Kalender Hijriah.

Jadi, penetapan Muharram sebagai awal tahun baru Islam adalah hasil dari pemikiran mendalam dan musyawarah para sahabat Nabi, dengan peristiwa Hijrah sebagai fondasi historisnya.

Ini bukan hanya penanda waktu, melainkan pengingat akan perjuangan, pengorbanan, dan kemenangan umat Islam di masa lalu, serta semangat untuk terus berhijrah menuju kebaikan di masa kini dan mendatang.