Ilustrasi hati sebagai pengingat
Terasmuslim.com - Dalam Islam, ukuran kekayaan tidak diukur dari harta benda, melainkan dari ketenangan hati dan rasa cukup terhadap pemberian Allah ﷻ. Islam memandang bahwa harta hanyalah titipan, sedangkan kekayaan sejati adalah kekayaan jiwa (ghina an-nafs). Allah ﷻ berfirman dalam Surah At-Taghabun ayat 15:
“Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.”
Ayat ini mengingatkan bahwa harta bukan tujuan utama hidup, melainkan ujian untuk mengukur sejauh mana manusia tetap bersyukur dan amanah terhadap rezeki yang diberikan.
Rasulullah ﷺ bersabda: “Bukanlah kekayaan itu karena banyaknya harta benda, tetapi kekayaan yang sebenarnya adalah kekayaan jiwa.” (HR. Bukhari dan Muslim). Hadis ini menegaskan bahwa kebahagiaan sejati lahir dari hati yang lapang, bukan dari tumpukan materi. Orang yang kaya hati akan tetap tenang meski hidup sederhana, karena ia ridha terhadap takdir Allah dan tidak diperbudak oleh dunia.
Kekayaan sejati juga tampak dari sikap dermawan, syukur, dan ketenangan batin. Mereka yang memahami hakikat ini tidak akan terjebak dalam keserakahan atau iri terhadap rezeki orang lain. Sebaliknya, ia menggunakan hartanya untuk kebaikan, menolong sesama, dan mencari ridha Allah. Dengan demikian, kekayaan bukan lagi ukuran duniawi, melainkan spiritual kekayaan yang abadi hingga akhirat.