Ilustrasi - Hujan (Foto: wordpress.com)
Jakarta, Terasmuslim.com - Musim kemarau panjang yang melanda sejumlah wilayah sering kali menimbulkan kekeringan, berkurangnya sumber air, dan ancaman gagal panen.
Dalam kondisi seperti ini, umat Islam diajarkan untuk memohon turunnya hujan sebagai bentuk doa dan ketergantungan kepada Allah SWT, Sang Pemberi Rahmat dan Pemelihara alam semesta.
Hujan dalam Islam dipandang sebagai rahmat (kasih sayang), bukan sekadar fenomena alam. Ia menjadi tanda kekuasaan Allah yang menurunkan kehidupan bagi bumi dan segala makhluk di dalamnya.
Dalam QS. An-Nur ayat 43, Allah SWT berfirman:
أَلَمْ تَرَ أَنَّ اللَّهَ يُزْجِي سَحَابًا ثُمَّ يُؤَلِّفُ بَيْنَهُ ثُمَّ يَجْعَلُهُ رُكَامًا فَتَرَى الْوَدْقَ يَخْرُجُ مِنْ خِلَالِهِ
“Tidakkah engkau melihat bahwa Allah mengarak awan, kemudian mengumpulkannya, lalu menjadikannya bertumpuk-tumpuk, maka engkau lihat hujan keluar dari celah-celahnya.” (QS. An-Nur: 43)
Ayat ini menggambarkan betapa turunnya hujan adalah proses yang berada sepenuhnya di bawah kehendak Allah, dan karena itu manusia diperintahkan untuk berdoa dan bersyukur atas setiap tetesnya.
Ketika umat Islam menghadapi kekeringan atau hujan tak kunjung turun, Rasulullah SAW mencontohkan salat istisqa (salat meminta hujan) dan doa khusus yang penuh kerendahan hati.
Berikut doa yang diajarkan Rasulullah SAW ketika meminta hujan:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا غَيْثًا مُغِيثًا، مَرِيئًا مَرِيعًا، نَافِعًا غَيْرَ ضَارٍّ، عَاجِلًا غَيْرَ آجِلٍ
“Ya Allah, turunkanlah kepada kami hujan yang menyejukkan, menyuburkan, membawa manfaat dan tidak membawa mudarat, segera dan tidak ditunda-tunda.” (HR. Abu Dawud dan Ibnu Majah)
Dalam riwayat lain, Rasulullah SAW juga berdoa:
اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا، اللَّهُمَّ اسْقِنَا
“Ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami, ya Allah, turunkanlah hujan kepada kami.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Doa ini dibaca dengan penuh khusyuk, diiringi dengan istighfar dan permohonan ampun, karena hujan sering tertahan akibat dosa dan kelalaian manusia terhadap perintah Allah.
Rasulullah SAW pernah melaksanakan salat istisqa bersama para sahabat ketika Madinah dilanda kekeringan. Beliau keluar menuju lapangan terbuka, mengenakan pakaian sederhana, penuh kerendahan hati, dan berdoa dengan menengadahkan tangan tinggi-tinggi ke langit.
Salat istisqa dilakukan dua rakaat seperti salat Id, diikuti dengan khutbah dan doa memohon hujan. Dalam khutbahnya, Rasulullah SAW mengajak umat untuk bertaubat, memperbanyak sedekah, dan memperbaiki hubungan sosial, sebab rahmat Allah turun bersama dengan ketaatan dan kebaikan manusia.
Hujan dalam Al-Qur`an digambarkan sebagai tanda kasih sayang Allah bagi hamba-hamba-Nya. Ia menumbuhkan tanaman, menghidupkan tanah yang mati, dan menjadi sumber keberkahan bagi seluruh makhluk.
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Rum ayat 48–50:
اللَّهُ الَّذِي يُرْسِلُ الرِّيَاحَ فَتُثِيرُ سَحَابًا فَيَبْسُطُهُ فِي السَّمَاءِ كَيْفَ يَشَاءُ... فَانظُرْ إِلَىٰ آثَارِ رَحْمَتِ اللَّهِ كَيْفَ يُحْيِي الْأَرْضَ بَعْدَ مَوْتِهَا
“Allah-lah yang mengirim angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit sesuai kehendak-Nya... Maka perhatikanlah tanda-tanda rahmat Allah, bagaimana Dia menghidupkan bumi setelah matinya.” (QS. Ar-Rum: 48–50)
Hujan adalah bukti nyata bahwa Allah Maha Pengasih, yang memberi kehidupan baru setelah kering dan tandusnya bumi. Karena itu, umat Islam dianjurkan bersyukur dan tidak mengeluh berlebihan ketika hujan turun, sebab di baliknya terdapat rahmat dan keberkahan.
Ketika hujan mulai turun, Rasulullah SAW mencontohkan doa penuh syukur berikut:
اللَّهُمَّ صَيِّبًا نَافِعًا
“Ya Allah, jadikanlah hujan ini sebagai hujan yang membawa manfaat.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dan jika hujan turun dengan sangat deras, Rasulullah SAW membaca doa:
اللَّهُمَّ حَوَالَيْنَا وَلَا عَلَيْنَا
“Ya Allah, turunkanlah hujan di sekitar kami, bukan di atas kami.” (HR. Bukhari dan Muslim)