• KEISLAMAN

Perlu Tahu Nabi Sudah Ingatkan, Ini Ciri-Ciri Dai Penyeru ke Pintu Neraka

Yahya Sukamdani | Rabu, 25/06/2025
Perlu Tahu Nabi Sudah Ingatkan, Ini Ciri-Ciri Dai Penyeru ke Pintu Neraka Ilustrasi (Foto: AI)

Terasmuslim.com - Fenomena dakwah di era digital kian menjamur. Namun, tidak semua yang mengaku berbicara atas nama agama benar-benar membawa umat kepada kebenaran. Dalam sebuah hadis sahih, Rasulullah ﷺ secara khusus memperingatkan tentang munculnya dai-dai yang justru menyeru manusia ke pintu neraka.

Peringatan ini tercantum dalam hadis riwayat Bukhari dan Muslim, saat sahabat Hudzaifah bin Al-Yaman bertanya kepada Nabi tentang fitnah yang akan menimpa umat. Rasulullah menjawab, "Akan ada penyeru-penyeru ke pintu-pintu neraka. Barang siapa memenuhi seruan mereka, niscaya mereka akan dilemparkan ke dalam neraka bersama para penyeru itu."

Hadis ini menjadi penegasan bahwa tidak semua dai membawa kebenaran. Bahkan, sebagian di antara mereka bisa menyesatkan umat dengan ucapan dan retorika yang tampak meyakinkan, tetapi menyimpang dari nilai-nilai Islam yang sejati.

Menurut penjelasan para ulama, berikut adalah beberapa kriteria dai yang menyeru ke pintu neraka:

  1. Menghalalkan yang haram atau mengharamkan yang halal
    Dai semacam ini cenderung menyesuaikan isi dakwah dengan kepentingan pribadi atau kelompok. Hukum Allah disesuaikan demi mendapat simpati atau keuntungan duniawi.
  2. Fanatisme terhadap kelompok, bukan terhadap kebenaran
    Alih-alih menyeru kepada Islam yang menyatukan, mereka justru memperkuat sekat-sekat permusuhan atas nama mazhab, organisasi, atau politik. Mereka mengkafirkan yang berbeda pendapat tanpa dasar yang sahih.
  3. Menggunakan dalil secara manipulatif
    Ayat-ayat Al-Qur’an dan hadis digunakan sepotong-sepotong untuk membenarkan agenda tertentu. Padahal, makna teks agama harus dipahami secara utuh, bukan dipelintir sesuai selera.
  4. Berdakwah tanpa adab dan akhlak
    Rasulullah dikenal sebagai dai yang penuh kasih, lembut, dan penyabar. Jika seorang penceramah justru mencaci, menghina, dan menebar kebencian, maka dia bukan pengikut akhlak Nabi.
  5. Menjadi alat kekuasaan yang menutupi kezaliman
    Ciri ini terlihat pada penceramah yang membenarkan tindakan penguasa zalim, membungkam kritik terhadap kemungkaran, dan menjadikan dakwah sebagai legitimasi kekuasaan.

Masyarakat diimbau untuk lebih bijak dalam menyimak dakwah, baik di masjid maupun media sosial. Jangan mudah terpesona oleh gaya bicara atau popularitas, tapi perhatikan kesesuaian isi dakwah dengan Al-Qur’an, sunnah, serta adab Rasulullah ﷺ.

Mengutip Imam Ibnul Qayyim, "Orang yang paling berat siksanya di hari kiamat adalah seorang alim yang menyimpang dari ilmunya." Maka, penting bagi setiap muslim untuk terus belajar, memverifikasi, dan tidak mengikuti secara membabi buta.

Kebenaran tidak bergantung pada siapa yang menyampaikan, tapi pada dalil yang kuat dan cara penyampaian yang lurus. Di tengah derasnya arus informasi keagamaan, kehati-hatian adalah bentuk kesungguhan dalam menjaga iman.

Keywords :