Terasmuslim.com - Tanggal 10 Muharram atau Hari Asyura bukan hanya momen sejarah besar dalam Islam, tapi juga dikenal sebagai “Lebaran Anak Yatim”. Meski tidak tergolong hari raya resmi dalam Islam, istilah ini mencerminkan semangat berbagi dan kasih sayang terhadap anak-anak yatim.
Dikutip dari berbagai sumber, Muharram adalah satu dari empat bulan haram yang dimuliakan Allah. Pada bulan ini, umat Islam dianjurkan memperbanyak amal kebaikan, termasuk menyantuni anak yatim.
Tradisi ini berasal dari kebiasaan Rasulullah SAW yang sangat memuliakan anak yatim. Dalam hadits beliau bersabda, “Aku dan orang yang merawat anak yatim seperti ini di surga,” sambil merapatkan jari telunjuk dan tengah. (HR. Bukhari)
Al-Qur’an juga menegaskan pentingnya memperhatikan anak yatim. Dalam QS Al-Baqarah: 220, Allah berfirman bahwa memperbaiki keadaan mereka adalah perbuatan baik.
Karena itu, masyarakat Indonesia menjadikan 10 Muharram sebagai momen istimewa untuk membahagiakan anak yatim melalui santunan dan doa. Ini bukan sekadar tradisi, tapi cermin keimanan dan kepedulian sosial.
Meski hadits tentang keutamaan menyantuni anak yatim di Hari Asyura ada yang berstatus lemah, para ulama membolehkan mengamalkannya karena masuk dalam kategori amal kebajikan.
Menyantuni anak yatim juga dipercaya dapat melembutkan hati, mendatangkan keberkahan, bahkan menjadi sebab terkabulnya doa. Maka, 10 Muharram dijadikan momentum untuk menumbuhkan kembali semangat empati.
Idul Yatama bukan hari raya seperti Idul Fitri, tapi sebuah hari perayaan cinta kasih untuk mereka yang kehilangan sosok ayah. Semoga ini menginspirasi kita untuk peduli tidak hanya pada tanggal 10, tetapi sepanjang waktu. (*)
Wallohu`alam